Sekolah Favorit (Lanjutan Zonasi)
Oleh : Yusuf Yudhana
Oleh : Yusuf Yudhana
Kutipan1 : “Di sekolah, Anda mengajarkan pelajaran dan kemudian diberi ujian. Dalam kehidupan nyata, Anda diberi ujian yang mengajarkan Anda pelajaran”
Sedangkan kata sekolah berasal dari bahasa latin: skhole, scola atau yang memiliki arti ‘waktu luang’ atau ‘waktu senggang’, di mana dahulu sekolah adalah kegiatan di waktu luang bagi anak-anak di tengah-tengah kegiatan utama mereka, yaitu bermain dan menghabiskan waktu untuk menikmati masa anak-anak dan remaja.
Jadi kalau mengacu ke definisi Sekolah sebenarnya di sekolah itu adalah aktifitas mengisi waktu luang disela sela aktifitas utama bermain. Serta di sekolah itu ada proses panjang yang membentuk siswa (apapun jenis bentuknya) untuk mendapatkan nilai baik secara bertahap. Menyenangkan rupanya sekolah itu.
Sekolah Favorit
Arti favorit sendiri adalah : yang diharapkan (dijagokan, diunggulkan). Kalau digabungkan secara arti maka Sekolah Favorit adalah : Tempat mengisi waktu luang disela aktifitas utama yang diharapkan.
Sedangkan kalau terminologi yang sederhana, karena memang tidak ada definisi yang tsawabit tentang sekolah favorit. Sebuah sekolah dikatakan Favorit apabila memiliki : 1. Alumninya punya reputasi bagus (banyak yang diterima di PTN-favotrit juga, 2. Alumninya banyak yang menjadi orang sukses e.g pejabat, 3. Guru-gurunya berkualitas, 4. Fasilitas lengkap, 5. Manajemen sekolahnya juga baik, sehingga sekolah seperti ini diminati oleh banyak orang. Tentu saja seleksi masuknya tidak mudah. Yang diterima adalah anak-anak pintar (karena masuk dengan standar NEM/NUN yang tinggi) yang kemudian bisa menorehkan prestasi di berbagai bidang.
Kalau kita lihat sekolah sekolah yang dikategorikan favorit itu. Misalnya di Pulau Jawa di beberapa KoKab- hampir seluruhnya merupakan SMA yang berdiri di awal. Misal di Kota Bandung SMAN Favorit nya itu SMAN 3, 5 dan 8. Di Kota Depok itu SMAN 1 dan 3. Di Kota Madiun SMAN 2 dan 3. Di Kabupaten Magetan SMAN 1 dan 2 dll. Hampir semua sekolah favorit di pulau Jawa itu selalu SMAN yang awal dengan angka 1 digit.
Mungkin hanya DKI Jakarta saja yang memiliki sekolah SMA favorit dengan angka 2 digit (karena SMAN di DKI sudah ada ratusan). Sebut saja SMAN 3, SMAN 8, SMAN 28, SMAN 31, SMAN 68 dst.
Sekolah Favorit dan Kesenjangan Pendidikan
Kembali ke keberadaan Sekolah favorit dikaitkan dengan sistem zonasi yang diterapkan oleh Mendikbud Prof Muhadjir. Beliau mengatakan ; “Bahwa seharusnya tidak boleh lagi ada pengelompokan antara sekolah favorit atau tidak favorit. Ini bisa mengarah ke masalah diskriminasi dan kesenjangan pendidikan. “Tidak boleh ada satu pun siswa yang tidak mendapatkan bagian kursi, tidak boleh lagi ada sekolah yang favorit atau tidak. Semua harus dibikin semerata mungkin, karena program kita ini adalah program pemerataan pendidikan yang berkualitas,” kata beliau.
Mungkin tidak terpikirkan bahwa sedang terjadi kesenjangan dalam dunia pendidikan ketika sistem Favorit ini tetap di terapkan, semacam ada ‘kapitalisasi’ sekolah begitu. Sehingga jurang pemisah kualitas pembelajaran akan semakin ada jarak.
Ada seorang tua murid yang netizen berseloroh : “Zaman saya dulu masuk sekolah itu diukur menggunakan otak, sekarang masuk sekolah itu diukur menggunakan meteran. Ayo yang punya anak cerdas segera ngontrak dekat sekolah Favorit biar bisa keterima”. Saya katakan ini selorohan wow banged deh.
Selorohan itu tidak sepadan antara mengukur dengan otak dan jarak rumah seseorang ke Sekolah Favorit atau bukan. Karena ide dasar dari zonasi adalah pemerataan sekolah bukan pada melulu Nilai akhir UN. Mungkin merasa ‘percuma’ saja belajar sungguh sungguh-sampai ikut bimbel segala tapi akhirnya tidak bisa diterima di sekolah Favorit karena alasan zonasi. Putra anda yang cerdas itu tetap bisa sekolah dengan kemampuan akademik yang dimiliki. Hanya memang mengacu kepada zonasi saja, titik.
Ketika Prof. Muhadjir mengatakan : “Diskriminasi antara sekolah yang favorit dan yang bukan, sebaiknya tidak perlu ada lagi. Kembali ke orientasi pendidikan sebagai proses untuk membangun manusia, maka setiap sekolah punya kesempatan untuk berkontribusi dalam proses pembangunan itu. Bukankah terbentuknya sistem pendidikan yang berkualitas tidak bisa instan dan dibutuhkan sumbangsih dari banyak orang (sekolah-orang tua-masyarakat).
Pendidikan Inklusi bagian dari sekolah Favorit dan Berkualitas
Sesungguhnya Pendidikan adalah tentang menggali potensi setiap orang secara unik, untuk mencapai keberhasilan menurut definisi masing-masing. Yang mesti difahami bahwa dalam pendidikan ada namanya inklusifitas (keterbukaan).
Mungkin banyak yang belum tahu ada kebijakan Pemerintah di dunia Pendidikan (sejak era Presiden Gus Dur) bahwa sebenarnya keberadaan Sekolah Luar Biasa (SLB) itu sudah tidak tepat lagi di adakan. Siswa SLB itu mestinya bergabung dengan siswa yang normal pada umumnya di sekolah biasa. Hanya memang ada penambahan guru khusus bagi siswa SLB yang bergabung dengan siswa normal tersebut (Inklusi).
Dan sekolah umum yang menerima siswa SLB akan mendapatkan anggaran dari pemerintah sebanyak belasan juta. Kami pernah mengalami hal ini ketika tahun 2005 di sebuah SDIT di Timika Papua. Ketika itu sekolah kami menerima siswa yang berbeda dengan lainnya, alhamdulilah ada dana dari Pemerintah yang kami terima sebagai apresiasi dan pembinaan.
Sekolah Favorit atau Berkualitas
Kalau mau mencoba melihat sebuah sekolah itu dikatakan dia Favorit (berdasarkan fasilitas-misalnya) atau tidak. Rasanya tidak seratus persen benar. Ini ada sebuah sekolah jenjang SMP (SMP Terbuka) di Salatiga yang minim fasilitas namun prestasi nya menyamai bahkan mengalahkan sekolah Negri yang di favoritkan di wilayahnya.
Adalah SMP Alternatif Qaryah Thayyibah dengan kondisi penuh kesederhanaan bisa mengalahkan sekolah unggulan di Salatiga. Sekolah AQT tampil menyakinkan mengimbangi sekolah-sekolah negeri dalam lomba cerdas cermat penguasaan materi pelajaran di Salatiga. Sekolah itu juga mewakili Salatiga dalam lomba motivasi belajar mandiri di tingkat Provinsi, dikirim mewakili Salatiga untuk hadir dalam Konvensi Lingkungan Hidup Pemuda Asia Pasifik di Surabaya. Pada tes kenaikan kelas tujuh, nilai rata – rata mata pelajaran Bahasa Inggris SMP AQT mencapai 8,86.
Saya berani katakan bahwa SMP AQT adalah Sekolah Berkualitas yang Favorit.
Beda Sekolah Favorit dan Sekolah Berkualitas dimana?
Hampir semua orang tua tentu akan berkorban mencari nafkah, banting tulang sampai berhutang agar bisa menyekolahkan anaknya ke sekolah dambaannya (baca favorit). Dan tidak sepenuhnya salah ketika ada yang memahami bahwa sekolah favorit sama dengan sekolah berkualitas.
Diatas sudah saya sampaikan apa itu sekolah favorit. Saya tambahkan sekolah favorit adalah sekolah yang memiliki input siswa baik secara akademik. Karena inputnya siswanya baik baik maka outputnya juga baik (tidak ada perubahan yang signifikan). Dapat input siswa dengan nilai 90 dan ketika diproses menghasilkan output 94. Tidak ada yang luarbiasa.
Sementara sekolah berkualitas adalah : sekolah yang bisa merubah siswa-siswa mereka dari yang kualitasnya biasa-biasa saja menjadi siswa yang luar biasa. Atau dalam arti lain, merubah input yang biasa-biasa saja menjadi output yang luar buasa. Kalau di ibaratkan siswa itu raw material berupa singkong. Maka seorang guru (sekolah) yang berkualitas adalah yang bisa menghasilkan bukan hanya menjadi singkong rebus, tapi bisa di variasikan ke bentuk lain (output) ; bolu singkong, cake singkong, dodol singkong dst.
Dan hal ini sejalan dengan sistem inklusi yang saya maksud diatas. Siapapun boleh sekolah di sekolah kami selama memenuhi syarat. Untuk kekinian di lingkungan SD/SMP/SMA ada tambahan yaitu sesuai zonasi.
Bisa jadi sekaligus ; sekolah itu dia berkualitas akhirnya menjadi sekolah favorit. Namun tetap kepada acuan input yang beragam tadi.
Karena Pendidikan adalah proses yang berkelanjutan (kontinyu dan bertahap). Maka kita para orang tua jangan pernah berfikir : take it granted, ketika sudah menyekolahkan anak di tempat yang kita inginkan. Seolah olah masalah selesai anak akan dijamin pintar dan berbudi pekerti baik. Padahal proses pendidikan itu melibatkan tiga pihak (Sekolah-Orang tua-Masyarakat). Kalau hanya menyerahkan ke sekolah saja, jangan kaget kalau anak kita ‘pincang’ dalam satu sisi.
Idealnya antara apa yang didapatkan di sekolah sinergi dengan keadaan rumah serta didukung oleh masyarakat yang kondusif. Contoh ; dirumah tidak pernah ada ucapan kebun binatang apalagi disekolah juga tidak diajarkan. Namun betapa kagetnya ketika anak kita pulang dari bermain diluar dia mengucapkan kata kata kebun binatang. Setelah kita telusuri ternyata dia mendengarnya dari lingkungan.
Semua bisa menjadi sekolah berkualitas yang favorit
Memang menjadikan sebuah sekolah itu burkualitas sekaligus favorit itu tidak sesederhana yang dibayangkan. Butuh totalitas dari semua stake holder. Pemerintah sebagai stake holder utama harus memfasilitasi segala cara untuk menjadikan itu. Insan pendidikan (terutama guru) mesti terus meningkatkan kualitas kemampuan belajar dan mengajarnya. Dan seterusnya.
Semoga harapan sekaligus ada juga kekhawatiran, terkait proses Pendidkan di negri ini terus menuju kepada kebaikan. Karena pendidikan berkualitas adalah merupakan cirri dari maju suatu bangsa, sebaliknya rendah kualitas pendidikannya maka hancurnya sebuah bangsa diukur dari hal tersebut.
FYI : Sistem zonasi adalah inisiasi dan gagasan dari mantan Mentri Pendidikan yang sekarang menjadi Gubernur Indonesia (Prof.Anies Baswedan)
wallohu'alam
yy_200619
*Ket Foto
Suasana belajar Di SMP Alternatif Qaryah Thayyibah Salatiga
Suasana belajar Di SMP Alternatif Qaryah Thayyibah Salatiga
0 comments: